Sabtu, 27 April 2013


TEORI ALLPORT
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_PD1gk6i18-D0zqrzMXcU8Jm_AWtjD8uXxdyYZtZhzRsk3TfHVnSa6_YInZOnYpJvOwrehr021EWqgGkdAwcwLtHUwfLagx4EWc9bAVJxUuwT8oUejmpxakbNaKTCetHQLLsn9UG_uen_/s200/Allport_-_Image_2.jpg
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang).
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.


6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.

TEORI ROGERS
Rogers nampaknya tidak memetingkan konstruk-konstruk struktural,dan lebih senang menaruh perhatian pada perubahan dan perkembangan kepribadian, namun ada dua konstruk yang sangat penting dalam teorinya dan bahkan dapat dianggap sebagai tempat berpijak bagi seluruh teorinya. Kedua konstruk tersebut adalah organisme dan diri (self).
1.      Organisme
Organisme adalah lokus atau tempat dari seluruh pengalaman. Pengalaman meliputi segala sesuatu yang secara potensial terdapat dalam kesadaran organisme pada setiap saat. Keseluruhan pengalaman ini merupakan medan fenomenal. Medan fenomenal  adalah “frame of reference”  dari individu yang hanya dapat diketahui oleh orang itu sendiri. Bagaimana individu bertingkah laku tergantung pada medan fenomenal itu(kenyataan subjektif) dan bukan pada keadaan-keadaan perangsangnya (kenyataan luar). Harus dicatat bahwa medan fenomenal tidak identik dengan medan kesadaran. “ kesadaran adalah perlambangan dari sebagian pengalaman kita”(rogers,1959,hlm.198). Meskipun rogers tidak menyinggung isu tentang kenyataan yang “sebenarnya”, namun jelas bahwa orang-orang harus memiliki suatu konsepsi tentang standar kenyataan luar atau impersonal, sebab kalau tidak demikian mereka tidak akan dapat menguji gambar kenyataan batin (subjektif) dengan kenyataan “objektif”.

2.      Diri (self)
Sebagian dari medan fenomenal lama kelamaan menjadi terpisah. Ini adalah diri. Diri atau konsep diri merupakan salah satu konstruk sentral dalam teori rogers, dan ia memebrikan suatu penjelasan yang menarik bagaimana ini terjadi. Diri adalah suatu istilah yang kabur, ambigu atau bermakna ganda, istilah yang tidak berarti secara ilmiah, dan telah hilang dari kamus psikolog bersama menghilangkan para introspeksionis.
3.      Organisme dan aku : keselarasan dan ketidaklarasan
Pentingnya konsep-konsep struktural, yakni organisme dan “diri”,dalam teori rogers menjadi jelas dalam pembicaraannya tentang kongruensi dan inkongruensi antara diri sebagaimana dipersepsikan dan pengalaman aktual organisme. Dalam teori rogers secara implisit terdapat dua manifestasi lain dari kongruensi-inkongruensi. Pertama adalah kongruensi atau inkongruensi antara kenyataan subjektif (medan fenomenal) dan kenyataan luar (dunia sebagaimana adanya). Kedua adalah tingkat kesesuaian antara diri dan diri ideal. Apabila perbedaan antara diri dan diri ideal adalah besar, maka orang merasa tidak puas dan tidak dapat menyesuaikan diri.


TEORI MASLOW


Level 1 – Kebutuhan akan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Kebutuhan ini mencakup hal-hal untuk memenuhi kebutuhan fisik seperti bernafas, makan, minum, tidur, seks dan sebagainya. Orang yang masih berada di level ini, kecenderungannya hanya berfokus mengenai kebutuhan dasar.
Level 2 – Kebutuhan Akan Rasa Aman
Kebutuhan akan rasa aman mencakup banyak hal seperti rasa aman terhadap diri sendiri dan keluarganya dari serangan kejahatan, kondisi keamanan finansial dari pekerjaan/krisis ekonomi dan sebagainya. Orang yang masih berada pada level ini akan dipenuhi rasa khawatir hidupnya terancam.
Level 3 – Kebutuhan Akan Rasa Cinta dan memiliki
Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki menjadi kebutuhan sesorang untuk memuaskan batin melalui kasih sayang dari orang lain, seperti keluarga, pasangan maupun keinginan untuk diterima oleh kelompok. Orang yang ada pada level kebutuhan ini sangat berkeinginan untuk eksis dan bersosialisasi.
Level 4 – Kebutuhan Akan Penghargaan
Kebutuhan akan penghargaan ada karena seseorang sangat ingin dianggap penting, kebutuhan ini mencakup kriteria kebutuhan akan pengakuan, kepercayaan diri, prestasi, penghargaan dan penghormatan terhadap diri sendiri dan orang lain. Dengan adanya kebutuhan ini akan membuat seseorang lebih terdorong untuk mencapai hal-hal yang lebih tinggi lagi dalam hidup yang belum dapat dicapainya hingga saat ini.
Level 5 – Kebutuhan Akan Aktualisasi diri
Kebutuhan akan aktualisasi diri adalah mengenai kebutuhan mendapatkan kepuasan diri yang mencakup pemenuhan akan moralitas, kreativitas, spontanitas, penyelesaian masalah, dan penerimaan kenyataan yang terjadi. Di tahap aktualisasi diri seseorang akan lebih terfokus pada mendorong dirinya mencapai prestasi-prestasi tertinggi, bukan dengan tujuan utama hanya semata-mata untuk mendapatkan penghargaan saja tapi lebih kepada untuk upaya memaksimalkan agar hidupnya lebih bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

TEORI FROMM
KEBUTUHAN MANUSIA
Umumnya kata “kebutuhan” diartikan sebagai kebutuhan fisik, yang oleh Fromm dipandang sebagai kebutuhan aspek kebinatangan dari manusia, yakni kebutuhan makan, minum, seks, dan bebas dari rasa sakit. Kebutuhan manusia dalam arti kebutuhan sesuai dengan eksistensinya sebagai manusia, menurut Fromm meliputi dua kelompok kebutuhan; pertama kebutuhan untuk menjadi bagian dari sesuatu dan menjadi otonom, yang terdiri dari kebutuhan Relatedness, Rootedness, Transcendence, Unity, dan Identity. Kedua, kebutuhan memahami dunia, mempunyai tujuan dan memanfaatkan sifat unik manusia, yang terdiri dari kebutuhan Frame of orientation, frame of devotion, Excitation-stimulation, dan Effectiveness.
Kebutuhan Kebebasan dan Keterikatan
1. Keterhubungan (relatedness): Kebutuhan mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan untuk bergabung dengan makhluk lain yang dicintai,menjadi bagian dari sesuatu. Keinginan irasional untuk mempertahankan hubungan yang pertama, yakni hubungan dengan ibu, kemudian diwujudkan ke dalam perasaan solidaritas dengan orang lain. Hubungan paling memuaskan bisa positif yakni hubungan yang didasarkan pada cinta, perhatian, tanggung jawab, penghargaan, dan pengertian dari orang lain,bisa negatif yakni hubungan yang didasarkan pada kepatuhan atau kekuasaan.
2. Keberakaran (rootedness): Kebutuhan keberakaran adalah kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia (merasa seperti di rumahnya). Manusia menjadi asing dengan dunianya karena dua alasan yaitu:
· Dia direnggut dari akar-akar hubungannya oleh situasi (ketika manusia dilahirkan, dia menjadi sendirian dan kehilangan ikatan alaminya)
· Fikiran dan kebebasan yang dikemangkannya sendiri justru memutus ikatan alami dan menimbulkan perasaan isolasi/tak berdaya.
Keberakaran adalah kebutuhan untuk mengikat diri dengan kehidupan. Setiap saat orang dihadapkan dengan dunia baru, dimana dia harus tetap aktif dan kreatif mengembangkan perasaan menjadi bagian yang integral dari dunia. Dengan demikian dia akan tetap merasa aman, tidak cemas, berada di tengah-tengah duania yang penuh ancaman. Orang dapat membuat ikatan fiksasi yang tidak sehat, yakni mengidentifikasikan diri dengan satu situasi, dan tidak mau bergerak maju untuk membuat ikata baru dengan dunia baru.
3. Menjadi pencipta (transcendency): Karena individu menyadari dirinya sendiri dari lingkungannya, mereka kemudian mengenali betapa kuat dan menakutkan alam semesta itu, yang membuatnya meras tak berdaya. Orang ingin mengatasi perasaan takut dan ketidakpastian menghadapi kemarahan dan ketakmenentuan semesta. Orang membutuhkan peningkatan diri, berjuang untuk mengatasi sifat fasif dikuasai alam menjadi aktif, bertujuan dan bebas, berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta. Seperti menjadi keterhubungan, transendensi bisa positif (menciptakan sesuatu) atau negatif (menghancurkan sesuatu).
4. Kesatuan (unity): Kebutuhan untuk mengatasi eksistensi keterpisahan antara hakikat binatang dan non binatang dalam diri seseorang. Keterpisahan, kesepian, dan isolasi semuanya bersumber dari kemandirian dan kemerdekaan “untuk apa orang mengejar kemandirian dan kemerdekaan kalau hasilnya justru kesepian dan isolasi?” dari dilema ini muncul kebutuhan unitas. Orang dapat mencapai unitas, memperoleh kepuasan (tanpa menyakiti orang lain dan diri sendiri) kalau hakikat kebinatangan dan kemanusiaan itu bisa didamaikan, dan hanya dengan berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya melalui berbagi cinta dan kerjasama dengan orang lain.
5. Identitas (identity): Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar dengan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah. Manusia harus merasakan dapat mengontrol nasibnya sendiri, harus bisa membuat keputusan, dan merasa bahwa hidupnya nyata-nyata miliknya sendiri. Misalnya orang primitif mengidentifikasikan diri dengan sukunya, dan tidak melihat dirinya sendiri sebagai bagian yang terpisah dari kelompoknya.
Kebutuhan untuk memahami dan beraktivitas
1) Kerangka orientasi (frame of orientaion): Orang membutuhkan peta mengenai dunia sosial dan dunia alaminya; tanpa peta itu dia akan bingung dan tidak mampu bertingkah laku yang ajeg-mempribadi. Manusia selalu dihadapkan dengan fenomena alam yang membingungkan dan realitas yang menakutkan, mereka membutuhkan hidupnya menjadi bermakna. Dia berkeinginan untuk dapat meramalkan kompleksitas eksistensi. Kerangka orientasi adalah seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalanan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dikerjakannya, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
2) Kerangka kesetiaan (frame of devotion): Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Orang membutuhkan sesuatu yang dapat menerima seluruh pengabdian hidupnya, sesuatu yang membuat hidupnya menjadi bermakna. Kerangka pengabdian adalah peta yang mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
3) Keterangsangan- stimulasi (excitation-stimulation): Kebutuhan untuk melatih sistem syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak. Manusia membutuhkan bukan sekedar stimulus sederhana (misalnya: makanan), tetapi stimuli yang mengaktifkan jiwa (misalnya: puisi atau hukm fisika). Stimuli yang tidak cukup direaksi saat itu, tetapi harus direspon secara aktif, produktif, dan berkelanjutan.
4) Keefektivan (effectivity): Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi/kemampuan.
MEKANISME MELARIKAN DIRI DARI KEBEBASAN
Masyarakat kapitalis kontemporer menempatkan orang sebagai korban dari pekerjaan mereka sendiri. Konflik antara kecenderungan mandiri dengan ketidakberjayaan dapat merusak kesehatan mental. Menurut Fromm, ciri orang normal atau yang mentalnya sehat adalah orang yang mampu bekerja produktif sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya, sekaligus mampu berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang penuh cinta. Menurut Fromm, normalitas adalah keadaan optimal dari pertumbuhan (kemandirian) dan kebahagiaan (kebersamaan) dari individu. Pada dasarnya ada dua cara untuk memperoleh makna dan kebersamaan dalam kehidupan diantaranya:
1. Mencapai kebebasan positif yakni berusaha menyatu dengan orang lain, tanpa mengorbankan kebebasan dan integritas pribadi. Ini adalah pendekatan optimistik dan altruistik, yang menghubungkan diri dengan orang lain melalui kerja dan cinta, melalui ekspresi perasaan dan kemampuan intelektual yang tulus dan terbuka. Oleh Fromm disebut pendekatan humanistik, yang membuat orang tidak merasa kesepian dan tertekan, karena semua menjadi saudara dari yang lain.
2. Memperoleh rasa aman denagn meninggalkan kebebasan dan menyerahkan bulat-bulat individualitas dan intehritas diri kepada sesuatu (bisa orang atau lembaga) yang dapat memberi rasa aman. Solusi semacam ini dapat menghilangkan kecemasan karena kesendirian dan ketidakberdayaan, namun menjadi negatif karena tidak mengizinkan orang mengekspresikan diri, dan mengembangkan diri. Cara memperoleh rasa aman dengan berlindung di bawah kekuatan lain disebut Fromm mekanisme pelarian. Mekanisme pelarian sepanjang dipakai sekali waktu, adalah dorongan yang normal pada semua orang, baik individual maupun kolektif. Ada tiga mekanisme pelarian yang terpenting, yakni otoritarianisme, destruktif, dan konfomitas.
a. Otoritarianisme (authoritarianism)
Kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak dimilikinya. Kebutuhan untuk menggabung dengan partner yang memiliki kekuatan bisa merupakan masokisme dan sadisme. Masokisme merupakan hasil dari perasaan dasar tidak beraya, lemah, inferior yang dibawa, sehingga kekuatan itu tertuju atau menindas dirinya. Masokisme merupakan bentuk tersembunyi dari perjuangan memperoleh cinta dan kesetiaan, tetapi tidak memberi sumbangan positif kekemandirian. Sedangkan sadisme dipakai untuk meredakan kecemasan dasar melalui penyatuan diri dengan orang lain atau institusi. Sadisme juga merupakan bentuk neurotik yang lebih parah dan lebih berbahaya (karena mengacam orang lain) dibanding masokisme.
b. Perusakan (destruktiveness)
Destruktif berakar pada perasaan kesepian, isolasi, dan tak berdaya. Destruktif mencari kekuatan tidak melalui membangun hubungan dengan pihak luar, tetapi melalui usaha membalas/merusak kekuatan orang lain, individu, bahkan negara dapat memakai strstegi destruktif , merusak orang atau obyek, dalam rangka memperoleh perasaan kuat yang hilang.
c. Penyesuaian (conformity)
Bentuk pelarian dari perasaan kesepian dari isolasi berupa penyerahan individualitas dan menjadi apa saja seperti yang diinginkan kekuatan dari luar. Orang menjadi robot, mereaksi sesuatu persis seperti yang direncanakan dan mekanis menuruti kemauan orang lain.



Daftar Pustaka
Hall, Calvin dan dkk. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta: Kanisius
Suryabarata, Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo




TULISAN 2
1.      Arti penting stress
Stress adalah suatu keadaan di mana beban yang dirasakan seseorang tidak sepadan dengan kemampuan untuk mengatasi beban itu.
Efek-efek stress (hans selye) :
General Adaptation Syndrom
Selye (1983) menyatakan munculnya sindrom adaptasi umum (GAS) melalui beberapa tahap berikut :
§  Tahap peringatan (Alarm Stage)
Tahap reaksi awal tubuh dalam menghadapi berbagai stressor. Tubuh tidak dapat bertahan pada tahapan ini dalam jangka waktu lama.
§  Tahap Adaptasi atau Eustres (Adaptation Stage)
Tahap dimana tubuh mulai beradaptasi dengan adanya stres dan berusaha mengatasi serta membatasi stresor. Ketidakmampuan tubuh beradaptasi mengakibatkan tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.
§   Tahap Kelelahan atau distres (Exhaution Stage)
Tahap dimana adaptasi tidak dapat dipertahankan karena stres yang berulang atau berkepanjangan sehingga berdampak pada seluruh tubuh
Efek lain seperti efek fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
§  Nyeri dada
§  Insomnia atau tidur masalah
§  Nyeri kepala Konstan
§  Hipertensi
§  Tukak
2.      Tipe-tipe stress
a.      Tekanan : diakibatkan karena masalah yang harusnya kecil tetapi dibesar-besarkan.
b.      Konflik : disebabkan karena kondisi yang melelahkan dan sudah di titik puncak rasa lelah atau kesal bisa menyebabkan konflik.
c.       Frustasi : terjasi bila antara harapan yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi tidak sesuai. Frustasi juga terjadi bila tujuan yang ingin dicapai mendapatkan rintangan (Atkinson,dkk,1991).
d.      Kecemasan : Kecemasan adalah suatu keadaan yang memotivasi individu untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal dari ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara rasional dan cara-cara langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistik, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego atau defence mechanism (Freud & Corey, 2005)
3.      Symtom reducing respons stress
a.      Menilai situasi stres,yaitu menggolongkan jenis stres(kategorisasi),dan memperkirakan bahaya yang berkaitan dengan stres.
b.      Merumuskan alternatif tindakan yang dapat dilakukan dan menentukan tindakan yang paling mungkin untuk dilakukan.
c.       Melaksanakan tindakan adalah langkah yang paling sukar.
d.      Melihat feedback.
4.      Respon menyangkut Defense Mechanism
5.      Pendekatan problem solving
Dalam Siswanto dijelaskan dalam menangani stres yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika teman-teman tahu tentang hipno-self, teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self, utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan teman-teman cukup membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang positif, Insya Allah cara ini akan berhasil ditambah dengan pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).


Daftar pustaka
            Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cangkupan dan Perkembangannya. Ed.,I.Yogyakarta: ANDI.
            Suprapti dan slamet.2007.psikologi klinis: frustasi,stress dan penyesuain diri.sugiarta.jakarta:universitas indonesia.




TULISAN 3
Pengertian dan jenis-jenis koping :
            Istilah coping merupakan istilah yang sudah jamak dalam psikologi serta memiliki makna yang kaya, maka penggunaan istilah tersebut dipertahankan dan langsung diserap ke dalam bahasa indonesia untuk membantu memahami bahwa coping tidak sesederhana makna harafiahnya saja.
Jenis-jenis coping : Lazarus membagi koping menjadi dua jenis, yaitu :

1. Tindakan Langsung (Direct Action)
Yaitu setiap usaha tingkah laku yan dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan atau luka, ancaman atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan. Hal ini terfokuskan terhadap masalah artinya seseorang ketika menghadapi konflik-stres agar dapat mencari tahu sebab-musabab mengapa ia menjadi stres dan apa yang ia rasakan kemudian ia hubungkan terhadap lingkungan, bagaimana efeknya untuk lingkungan, jika yang terjadi adalah menjadi semakin kompleks, maka kita harus mengubah pandangan stres kita dengan melakukan pengalihan, contohnya setelah ditinggalkan oleh pacarnya Mitha merasa kecewa dan sedih sehingga mempengaruhi moodnya terhadap lingkungannya, karena moodnya sedang buruk ia terlihat lebih sensitif lalu orang-orang menjauhinya (tidak ingin membuat Mitha semakin marah), karena ketidak stabilan moodnya yang merugikan dirinya, maka Mitha bangkit dari rasa sedihnya, da Mitha kembali ceria seperti sedia kala.

2. Peredaran atau Peringanan (Palliation)
Jenis koping ini mengacu pada mengurangi atau menghilangkan atau menoleransi tekanan-tekanan kebutuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dari tekanan emosi yan dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Pada jenis koping ini bertitik fokus pada emosi yang ditimbulkan dari lingkunga. Contohnya, dahulu ketika Mia bersekolah Mia selalu masuk dalam sekolah negeri dan ketika ia berkuliah Mia tidak dapat masuk dalam peruruan tinggi negeri sehingga ia melanjutkan ke perguruan tinggi swasta, akhirnya Mia menjadi sedih, dan sangat kecewa, akhirnya untuk menghilangkan rasa kecewanya Mia berusaha menerima kenyataannya kemudian demi menenangkan dirinya sendiri Mia selalu (terkadang) berkhayal bahwa Mia sedan berkuliah di perguruan tinggi negeri.

Jenis-jenis koping yang konstruktif atau positif (sehat)
Harber & Runyon(1984) menyebutkan jenis-jenis koping yang dianggap konstruktif :
1.Penalaran (Reasoning)
Yaitu penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif pemecahan masalah dan kemudian memilih salah satu alternatif yang dianggap paling menguntungkan.

2. Objektifitas
Yaitu kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah laku. Kemampuan ini juga meliputi kemampuan untuk membedakan antara pikiran-pikiran yang berhubungan dengan persoalan yang tidak berkaitan.
3. Konsentrasi
Yaitu kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan persoalan yang sedang dihadapi.
4. Humor
Yaitu kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi, sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak dirasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor.
5. Supresi
Yaitu kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih konstruktif.
6. Toleransi terhadap Kedwiartian atau Ambiguitas
Yaitu kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidak jelasan tersebut.
7. Empati
Yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari pandangan orang lain. Empati juga mencakup kemampuan untuk menghayati dan merasakan apa yang dihayati dan dirasakan oleh orang lain.

KOPING POSITIF ( SEHAT)
1. Antisipasi
Antisipasi berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik-konflik emosional atau pemicu stres baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat-akibat dari konflik atau stres tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon atau solusi yang paling sesuai.
2. Afiliasi
Afiliasi berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain dan bersahabat dengan mereka. Afiliasi membantu individu pada saat menghadapi konflik baik dari dalam dan luar, dia mampu mencari sumber- sumber dari orang lain untuk mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3. Altruisme
Altruisme merupakan salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain. Konflik-konflik yang memicu timbulnya stres baik dari dalam maupun dari luar diri dialihkan dengan melakukan pengabdian pada kebutuhan orang lain.
4. Penegasan diri (self assertion)
Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stres dengan cara mengekspresikan perasaan-perasaan dan pikiran-pikirannya secara lengsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.


5. Pengamatan diri (Self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran diri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat sendiri, dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.


Daftar pustaka
            Siswanto. 2007. Kesehatan Mental; Konsep, Cakupan, dan Perkembangannya. Yogyakarta: Andi Sunaryo. 2002.